Kaca Mata Kuda: SEJARAH BARU PETA POLITIK OKU 2024-2029

( Bagian 2)

Oleh : Wartawan Harian Suara Nusantara AS ‘ADI MUHAMADIAH,SH.

Keberhasilan PAN meraih suara mayoritas 8 kursi di Legislatif mau tidak mau suka tidak suka akan merubah arah kebijakan politik Kabupaten OKU dimasa datang. PAN dengan ketuanya Yudi Purna Nugraha(YPN) berhasil menggeser posisi Partai Gerindra yang menempatkan Ir H Mardjito Bakhri sebagai ketua DPRD OKU priode 2019 – 2024.

Kursi mardjito sebelumnya mendapat dukungan 5 angggota dewan, kali ini melorot pada perolehan 4 kursi saja.Masih beruntung Gerindra harus bersaing dengan pendatang baru unsur pimpinan yakni Partai Nasdem yang juga 4 kursi merebut jatah wakil ketua seiring tersingkirnya Partai Golkar yang priode ini hanya mendapat 2 kursi legislatif.

Mardjito Bakhri sebagai pemegang tampuk Gerindra OKU pada pemilu legislatif sejak 2019 tak lagi ikut kompetisi caleg,konon yang bersangkutan lebih fokus pada kontestasi Pilkada OKU 2024.

Namun Gerindra yang kini jumlah kursinya berkurang sudah barang tentu akan menjadi ancaman “keras” di internal Partai,mundur dengan hormat atau di berhentikan sebagai ketua Partai Yang lazim terjadi ketua parpol dianggap “gagal” tidak lagi masuk bursa pencalonan ketua saat musda partai berikutnya kecuali dengan pertimbangan tertentu. Jika aturan ” Kejam” ini berlaku pada Gerindra,Mardjito kelak di paruh Agustus 2024 selain tak lagi bersetatus sebagai anggota Dewan,juga terancam digeser dari jabatan ketua Partai.

Ancaman hilangnya kursi ketua Partai juga bakal terjadi dengan Yoni Risdianto yang menakhodai Partai Golkar. Sebelumnya Golkar diperkuat dengan jabatan waki Ketua DPRD OKU karena dukungan 4 kursi dewan bersanding dengan PAN,kini Golkar terpaksa harus mengekor dengan jumlah 2 kursi dewan. Begitu pula dengan Hj Indrawati yang sudah dua dekade memimpin partai Demokrat bernasib sama terancam tak lagi dicalonkan sebagai ketua partai pada priode berikutnya setelah partai ini kehilangan 1 kursi yang sebelumnya 3 kursi.

Secara umum Penomena seperti ini akan berlaku hampir disetiap partai politik sebagai aturan tersirat tidak tersurat,mana kala Partai jadi pemenang, pimpinannya dipuja dan dimanja,ketika kalah dalam pertarungan pileg pimpinan partainya ” dipandang sebelah mata ”
Kita ingat,perhelatan Pilpres 2024 sempat menyatukan sejumlah partai besar dalam sebuah koalisi yang di menangkan oleh pasangan Presiden/ wakil Presiden Parabowo – Gibran yang sudah ditetapkan KPU RI rabu (24/4) kemarin.

Jejak koalisi besar masing masing Partai ini, melahirkan kesepakatan para pimpinan partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk tetap bersama sama sampai ke daerah, meski tidak menutup kemungkinan akan ada saja Partai di daerah dalam tubuh KIM yang membelot dari hasil komitmen Kendari Sulsel ahir tahun lalu disebabkan berbagai alasan.

Kesepakatan Pengurus Pusat partai yag diperintah sampai daerah kala itu berkomitmen untuk bersama sama bukan saja fokus pemenangan Pilpres,tapi juga bersama dalam Pemilu legislatif. Semua petinggi Partai sepakat, jika dalam perjalanan Pemilu legisaltif parpol manapun anggota KIM yang kalah wajib tunduk dan tetap berkoalisi dengan partai pemenang anggota KIM.

Partai besar yang bergabung dalam KIM diantaranya adalah Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN)Partai Demokrat,Partai Golkar. Petinggi partai partai ini berjanji untuk tetap berkoalisi sampai di tingkat DPRD. Melihat hasil perjuangan Partai anggota KIM di OKU, ternyata PAN jadi pemenang Pemilu dengan menguasai 8 kursi DPRD atau hampir 46.000 perolehan suara, sedangkan Demokrat 2 Kursi, Golkar 2 kursi, lalu Partai Gerindra 4 Kursi DPRD. Akankah anggota KIM bisa bertahan sampai ke daerah,jika didalamnya lahir ego dan ambisi tak sehat ?

Sisi lain hasil investigasi jurnalist pasca penetapan calon legislatif terpilih oleh KPU OKU, sejumlah partai diluar KIM yang duduk di DPRD sudah memberi sinyal kuat untuk berkoalisi dan berkolaborasi dengan PAN sebagai pemenang. Sinyal kuat ini sepertinya belum serta merta di tangkap serius oleh pengurus PAN karena partai masih fokus menjalankan amanat DPW dan DPP dalam upaya mendorong kader terbaiknya Ketua PAN OKU Yudi Purna Nugraha (YPN) berkompetisi sebagai Calon Bupati OKU pada Pilkada 2024.

Sangat terbuka kemungkinan dalam percaturan ploitik Daerah kedepan,PAN yang di nakhodai YPN akan menjadi Fraksi gabungan yang ” Bongsor” dengan menghimpun kursi legislator terbanyak merangkul partai kecil di luar Gerindra dan PKB, sebab kepiawaian politik YPN belum ada tandingnya jika melihat rekam jejak politik yang bersangkutan 5 tahun terahir. Karenanya ada kemungkinan besar kekuatan politik di DPRD OKU hanya akan melahirkan 3 sampai 4 fraksi gabungan.

Lalu partai mana saja di DPRD OKU yang bakal mengambil langkah oposisi? Pastinya partai yang sengaja tidak di rangkul oleh YPN akan jadi penyeimbang kekuatan politik di daerah,meski dalam hitungan “kalah” saat bersuara (bersambung).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *